
Ibnu Mas’ud dan Surat Al-Waqiah
Saat itu diumur 60 tahun Abdullah Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu anhu sudah terbaring sakit setelah kembali dari kota Kufah, Irak, dan melepas jabatannya disana pada zaman khalifah Utsman Ibn Affan Rodhiyallahu anhu. Tubuhnya yang mulai menua itu semakin melemah dan pada akhirnya ia pun terbaring sakit di Madinah.
Beliau yang dikenal dengan sebutan Ibnu Mas’ud merupakan salah seorang sahabat yang cukup dekat dengan Nabi, beliau bagaikan bayang-bayang Rasulullah SAW yang dengan sigap memegangkan sendal Nabi ketika Nabi masuk ke suatu tempat, berjalan didepan Nabi dengan tongkatnya ketika melakukan perjalanan bersama Nabi, memakaikan sendalnya ketika Nabi hendak pergi, serta membangunkan Nabi ketika Nabi terlelap tidur.
Beliau terkenal diantara para sahabat Nabi sebagai orang yang selalu paling bagus bajunya dan paling harum semerbak wanginya. Bukan tanpa sengaja beliau berpenampilan seperti itu, beliau Rodiyallahu anhu melakukan itu semua (berbaju bagus, dan berwangi-wangian) karena menghormati sendalnya Nabi Shallallahu Alayhi Wasallam yang dipeluknya ketika Nabi melepasnya dan masuk ke suatu tempat. Tidak heran beliau banyak meriwayatkan hadits Nabi hingga berjumlah 848 hadits.
Nabi Shallallahu Alayhi Wasallam pun amat sayang kepadanya hingga tatkala ada sebagian orang menertawakan fisiknya yang amat kurus dan pendek itu Nabi mengatakan:
Demi yang jiwaku yang ditanganNya, sesungguhnya itu (dua paha Ibnu Mas’ud) lebih berat daripada gunung Uhud di Mizannya Allah taala
Ketika sakitnya sudah begitu memuncak datanglah Amirul Mu’minin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu anhu menjenguk Ibnu Mas’ud, dan terjadi percakapan antara dua orang yang mulia ini.
Sayyidna Utsman bertanya, “Wahai Abdullah apa yang kau keluhkan?“
Ibnu Mas’ud menjawab, “Aku hanya keluhkan dosa-dosaku”
Amirul Mu’minin kembali bertanya, “Apa yang kau inginkan?“
Beliau menjawab, “Aku hanya menginginkan ampunan Allah taala”
“Tidak kah engkau mau aku hadirkan seorang tobib (dokter) agar dia bisa memeriksamu?” tawar Amirul Mu’minin.
“Tidak perlu wahai Amirul Mu’minin karena tobib itu akan menghukumi aku sebagai orang yang sakit.” jawab Ibnu Mas’ud.
“Lantas katakanlah mau mu apa yang bisa aku berikan?” tanya Amirul Mu’minin.
“Sudah tidak ada lagi pemberianmu yang bisa bermanfaat untukku sekarang“ tolak Ibnu Mas’ud.
“Kalau begitu untuk anak-anakmu? Setelah engkau tiada, apa yang mau aku berikan kepada mereka (anak-anakmu)?“ Amirul Mu’minin kembali menawarkan.
Ibnu Mas’ud pun menjawab:
Tidak perlu wahai Amirul Mu’minin. Karena aku tidak khawatir sama sekali mereka anak-anakku akan ditimpa kemiskinan ketika aku wasiatkan Surat Al-Waqiah kepada mereka karena sesungguhnya aku mendengar Rosulullah Shallalllahu Alayhi wassallam mengatakan “Barang siapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam maka dia tidak akan ditimpa kemiskinan selamanya”
Ibnu Mas’ud meninggal dunia di umur 60 tahun pada tahun 33 Hijriah.