
Sejarah Pengharaman Miras
Disadur dari tulisan:
Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf
Sebelumnya:
Definisi dan Hukum Miras
بسم اللٌه الرٌحمن الرٌحیم
Orang berakal sudah mengharamkan Khamr sebelum Islam.
Orang pertama yang mengharamkan khamr adalah Qais bin Ashim. Pada awalnya Qais terkenal sebagai pemabuk berat, dia menghabiskan hartanya hanya untuk membeli miras.
Al-Hasan bin Abdullah bin Sahal bin Saíd Abu Hilal as-Askary rhm
Kisah insafnya, bermula ketika suatu saat, Qais benar-benar mabuk akibat miras, secara tak sadar ia mengoyak baju putrinya sendiri dan hendak merampas harta si penjual khamr. Terjadilah perkelahian hingga Qais tersungkur dan pingsan. Keesokan harinya, saat siuman, putrinya memberitahu apa yang semalam terjadi. Sejak detik itulah, Qais mengharamkan khamr dan berjanji menjauhinya.
(Dalam kitab al-Awail)
Proses pengharaman khamr dalam Islam secara bertahap
1. Awalnya di halalkan.
Allah swt berfirman:
وَمِن ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَراً وَرِزْقاً حَسَناً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.
Qs. An-Nahl: 67
2. Mulai memberikan sinyal akan ke haramannya.
Miras itu ada manfaatnya tapi mudharratnya lebih besar.
Allah swt berfirman:
..يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi, katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.
Qs. Al-Baqarah: 219
Sebab turunnya ayat:
Ketika Rasulullah ﷺ datang ke Madinah, beliau mendapati kaumnya suka minum arak dan makan hasil judi. Mereka bertanya tentang hal itu, maka turunlah ayat Qs. Al-Baqarah: 219. Mereka berkata: “Tidak diharamkan kepada kita, minum arak hanyalah dosa besar”, mereka pun terus minum arak.
3. Haram saat hendak mendirikan Shalat.
Allah swt berfirman:
..ﻳـﺎﻳﻬﺎﺍﻟﺫﻳﻥ ﺍﻣﻧﻭﺍﻻﺗﻗﺭﺑﻭﺍﺍﻟﺻﻟﻭﺓ ﻭﺍﻧﺗﻡ ﺳﻛﺎﺭﻯ ﺣﺗﻰ ﺗﻌﻟﻣﻭﺍ ﻣﺎﺗﻗﻭﻟﻭﻥ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan..”
Qs. An-Nisa: 43
Sebab turunnya ayat:
Abdurrahman bin ‘Auf ra pernah mengundang makan para sahabat dan kawan- kawannya. Kemudian dihidangkan minuman khamr. Ketika tiba waktu shalat, mereka membaca surat Al-Kafirun dan salah. Maka turunlah Qs. An-Nisaa: 43 sebagai larangan shalat dalam keadaan mabuk.
4. Haram hingga hari kiamat.
Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {90}إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ {91}
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Qs. Al-Maidah: 90-91
Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah swt dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Sebab turunnya ayat:
– Berkenaan dengan apa yang terjadi pada dua suku golongan Anshar yang hidup rukun. Tetapi apabila mereka minum khamr, maka mereka saling mengganggu hingga menimbulkan bekas (luka) pada muka atau kepala mereka.
– Saat acara pesta para sahabat minum khamr, setelah mereka dalam keadaan mabuk, pihak Muhajirin dan Anshar mulai saling adu mulut. Yang satu menunjukkan sikap fanatiknya kepada Muhajirin sedang yang fanatik kepada Anshar mengambil sebatang tulang kepala unta yang mereka makan lalu dipukulkan kehidung salah seorang Muhajirin.
– Ada lagi dua kelompok suku sedang mabuk-mabuk. Mereka saling bertengkar, lalu saling bertikaman. Di antara mereka timbul rasa benci-membenci, sedang sebelum itu hubungan mereka hidup rukun dan saling cinta-mencintai.
Bersambung…