
Taubat Tidak Selalu Diterima Allah SWT
Allah adalah Maha Pengampun dan Penyayang.
Yang sering baca Al-Qur’an pasti sering mendapatkan kalimat ini yang biasanya ada di penghujung ayat:
Ini artinya:
“inna” yang berarti sungguh atau sesungguhnya
“ghofuruun” adalah Maha Pengampun
“ar-rohim” adalah Maha Penyayang
Sehingga gabungan dari kata-kata ini adalah suatu bentuk penegasan berlapis ketika manusia bertaubat sesungguhnya Allah pasti mengampuni dan menyayanginya. Bahwa tidak ada manusia yang terlalu terhina atau rendah seberapa besar pun dosanya dia untuk bertaubat.
Tapi, taubat bukan sembarang taubat yang di terima oleh Allah SWT.
Lalu taubat yang bagaimana yang diterima Allah SWT?
Firman Allah SWT,
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
QS. At-tahrim: 8
Apa arti dari taubatan nasuha? Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya: “artinya adalah, taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya.”
Dalam kitab Riyadh as-Shalihin, jika kemaksiatan yang seorang hamba kerjakan hanya menyangkut urusan hamba dengan Allah saja, maka ada tiga syarat agar tobatnya diterima Allah SWT:
- Hendaklah berhenti melakukan maksiat.
- Menyesali telah melakukan kemaksiatan.
- Berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya.
Apabila tobatnya berkenaan dengan hubungan sesama manusia ditambah satu lagi syaratnya, yaitu orang yang bertobat itu harus meminta kehalalan dari orang yang diambil hak-haknya atau dizalimi.
Kisah Fir’aun dan Taubatnya yang Tidak di Terima Allah SWT
Pasti udah pada tau ya siapa Raja Fir’aun yang terkenal dengan kekejamannya itu. Ternyata, dia sempat bertaubat tapi taubatnya tidak di terima oleh Allah SWT. Kok bisa? Begini ceritanya…
Allah mengutus Nabi Musa AS kepada Fir’aun. Berbagai informasi, bukti, dan mukjizat yang nyata dari Nabi Musa AS tidak diterima sama sekali oleh Fir’aun. Dia tidak mau tunduk dan tidak mau mengikuti ajaran Nabi Musa AS. Tidak hanya sampai disitu, bahkan Nabi Musa AS diancam, dikecam, dan diintimidasi olehnya.
Akhirnya Nabi Musa dan pengikutnya pun keluar dari Mesir untuk menyelamatkan diri dan keyakinan mereka. Fir’aun pun murka dan ia mengumpulkan bala tentara untuk mengejar rombongan Nabi Musa AS.
Ketika sampai di tepi Laut Merah, keadaan pun semakin mencekam, karena rombongan Nabi Musa AS sudah bisa melihat bala tentara Fir’aun yang kian mendekat sesuai dengan firman Allah SWT:
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. (61) Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (62) Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (63)
QS. Asy-syu’ara’ 61-63
Maka Nabi Musa AS pun melakukan apa yang Allah perintahkan kepadanya. Dipukulkan tongkatnya dan subhanallah lautan pun terbelah. Maka Nabi Musa AS dan para pengikutnya pun segera menyeberang Laut Merah. Bala tentara Fir’aun pun mengikuti jejak mereka. Ketika rombongan Nabi Musa AS telah sampai ke tepi lain Laut Merah, bala tentara Fir’aun masih berada di tengah lautan dan Allah SWT menutup laut yang terbelah itu dan menenggelamkan bala tentara Fir’aun.
Saat itu, Fir’aun pun meyakini kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Musa AS. Maka, menjelang kematiannya ia pun sempat bertaubat seperti pada firman Allah SWT:
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (90) Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (91) Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (92)
QS Yunus: 90-92
Pada ayat-ayat tersebut Allah SWT memberikan pertanyaan yang menekankan soal pengingkaran Fir’aun, kenapa baru sekarang mau bertaubat disaat menyadari bahwa sudah tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri dari kebinasaan? Apa baru percaya sekarang? Padahal sudah dari dulu diberi peringatan dan dia tetap durhaka dan membuat kerusakan.
Allah SWT Tidak Menerima Taubat disaat Menjelang Kematian
Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (17)
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (18)
QS. An-nisa: 17-18
Allah SWT tidak menerima taubat yang dilakukan atas dasar keterpaksaan karena sudah tidak ada lagi cara untuk menyelamatkan dirinya dari kematian.
Rasulullah ﷺ bersabda:
Allah SWT menerima taubat hamba-Nya selama napasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut).
HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi
Hal ini berarti, taubat disaat menjelang kematian adalah taubat yang tidak diterima oleh Allah SWT.
Rasulullah ﷺ bersabda:
Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.
HR. Muslim
Rasulullah ﷺ saja, kekasih Allah, tetap beristighfar 100x sehari sebagai bentuk taubatnya kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita?
Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari dosa. Apalagi di zaman sekarang ini, mudah sekali terlibat dan berbuat dosa. Ayo, kita bersegera dan sering-sering bertaubat atas dosa-dosa yang kita lakukan, baik yang kita sadari maupun yang kita tidak sadari sebelum terlambat. Karena sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun dan Penyayang.